GORONTALO-Universitas Islam Negeri Salatiga berhasil memenangkan dua kategori Penelitian Terbaik Tingkat Nasional pada ajang The 2nd Biannual Conference on Research Result (BCRR) yang digelar di Gorontalo pada Sabtu (26/11). Dua kategori yang berhasil dimenangkan adalah Penelitian Terbaik III Rumpun Ilmu Studi Islam (Pencegahan Islamophobia: Menelusur Pembelajaran Unggul Islam Wasathiyyah Menuju Perguruan Tinggi Rujukan Islam Indonesia oleh Prof. Zakiyuddin, Prof. Adang, dan Dr. Sa’adi) serta Tesis Terbaik II Rumpun Ilmu Sains dan Teknologi (Pengembangan Media Power Point Berbasis Multimedia Ispring Suite 10 Materi Energi Listrik oleh Mustafid, M.Pd.).
Rektor UIN Salatiga, Prof. Zakiyuddin mengatakan bahwa ajang BCRR 2022 bisa menjadi awal bagi UIN Salatiga untuk meningkatkan kualitas penelitian di rumpun ilmu yang lebih luas. “Alhamdulillah tahun ini kita tidak hanya mendapat penghargaan di rumpun ilmu sosial/keagamaan, mahasiswa program pasca ada yang memenangkan penghargaan di rumpun ilmu saintek. Itu artinya UIN Salatiga siap memperkaya khazanah penelitian multidisipliner,” ujarnya.
The 2nd BCRR menyeleksi penelitian terbaik dari masing-masing PTKI dan Kopertais. Total ada 40 penelitian yang mendapatkan sertifikat penghargaan, plakat, dan dana pembinaan pada ajang tersebut.
Plt. Direktur Diktis Kemenag RI, Syafi’i menilai sudah seharusnya PTKI melahirkan riset-riset yang berkualitas dalam berbagai disiplin ilmu karena selain sebagai salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus diamalkan, penelitian jadi salah satu standar pengelolaan pendidikan tinggi. “Riset adalah substansi dari perguruan tinggi keagamaan Islam. Melalui riset, produktivitas perguruan tinggi akan teruji, dan melalui riset pula seorang akademisi akan menunjukkan kapabilitas terbaiknya,” jelasnya.
Menurutnya, BCRR adalah salah satu cara yang dilakukan Diktis untuk menilai akuntabilitas akademik dan publik atas temuan-temuan dan kontribusi riset di lingkungan PTKI kepada masyarakat luas.
Koordinator Subdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Kemenag, Suwendi menambahkan bahwa dalam BCRR ada beberapa indikator yang dipakai dalam menilai penelitian, yaitu inovasi, novelty, teori dan metodologi, kualitas hasil riset yang terpublikasi melalui penerbitan/jurnal, serta nilai kemanfaatan bagi pengembangan keilmuan dan masyarakat.
“Dewan juri BCRR, bukan hanya dari para reviewer nasional yang ditetapkan Direktur Jenderal Pendidikan Islam, tetapi juga dari para ahli yang berasal dari sejumlah Kementerian/Lembaga lainnya, seperti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Bappenas, dan sejumlah tokoh dan lembaga lainnya,” pungkasnya.